KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan keridhoan- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalahPerencanaan Lapangan Terbang ini dengan baik, walaupun mungkin dalam bentuk ataupun sistematika penulisannya, belum sepenuhnya benar.
Makalah ini, di buat atas dasar untuk kepentingan penulis yang dimana sebagai penunjang nilai dalam mata kuliah Perencanaan Lapangan Terbang, dan sebagai bahan pembelajaran demi kelangsungan proses belajar mengajar di kelas. Sehingga kritik dan saran dari Dosen Pengajar dan pembaca, sangatlah diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Untuk itu, penulis mengemukakan permohonan maaf yang sebesar-besarnya dan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang turut membantu penulis, dalam menyelesaikan makalah ini.
Manado, Februari 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. PERMASALAHAN
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
D. METODE PENULISAN
E. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB. II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN LANDAS PACU
B. PENAMAAN
C. TEKNIS
D. PEMELIHARAAN
E. KONFIGURASI DASAR LANDAS PACU
BAB. III PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bandar udara (disingkat: Bandara) atau Pelabuhan Udara merupakan sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandar udara yang paling sederhana minimal memiliki sebuah landas pacu namun bandara-bandara besar biasanya dilengkapi berbagai fasilitas lain, baik untuk operator layanan penerbangan maupun bagi penggunanya.
Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization): Bandar udara adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan peralatan) yang diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat.
Sedangkan definisi bandar udara menurut PT (persero) Angkasa Pura adalah "lapangan udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk masyarakat".
Pada masa awal penerbangan, bandar udara hanyalah sebuah tanah lapang berumput yang bisa didarati pesawat dari arah mana saja tergantung arah angin.
Di masa Perang Dunia I, bandar udara mulai dibangun permanen seiring meningkatnya penggunaan pesawat terbang dan landas pacu mulai terlihat seperti sekarang. Setelah perang, bandar udara mulai ditambahkan fasilitas komersial untuk melayani penumpang.
Sekarang, bandar udara bukan hanya tempat untuk naik dan turun pesawat. Dalam perkembangannya, berbagai fasilitas ditambahkan seperti toko-toko, restoran,pusat kebugaran, dan butik-butik merek ternama apalagi di bandara-bandara baru.
Kegunaan bandar udara selain sebagai terminal lalu lintas manusia / penumpang juga sebagai terminal lalu lintas barang. Untuk itu, di sejumlah bandar udara yg berstatus bandar udara internasional ditempatkan petugas bea dan cukai. Di indonesia bandar udara yang berstatus bandar udara internasional antara lain Polonia (Medan), Soekarno-Hatta (Cengkareng), Djuanda (Surabaya), Sepinggan (Balikpapan), Hasanudin (Makassar) dan masih banyak lagi.
Fasilitas bandar udara yang terpenting adalah:
Sisi Udara (Air Side)
- landas pacu yang mutlak diperlukan pesawat. Panjangnya landas pacu biasanya tergantung dari besarnya pesawat yang dilayani. Untuk bandar udara perintis yang melayani pesawat kecil, landasan cukup dari rumput ataupun tanah diperkeras (stabilisasi). Panjang landasan perintis umumnya 1.200 meter dengan lebar 20 meter, misal melayani Twin Otter, Cessna, dll. pesawat kecil berbaling-baling dua (umumnya cukup 600-800 meter saja). Sedangkan untuk bandar udara yang agak ramai dipakai konstruksi aspal, dengan panjang 1.800 meter dan lebar 30 meter. Pesawat yang dilayani adalah jenis turbo-prop atau jet kecil seperti Fokker-27, Tetuko 234, Fokker-28, dlsb. Pada bandar udara yang ramai, umumnya dengan konstruksi beton dengan panjang 3.600 meter dan lebar 45-60 meter. Pesawat yang dilayani adalah jet sedang seperti Fokker-100, DC-10, B-747, Hercules, dlsb. Bandar udara international terdapat lebih dari satu landasan untuk antisipasi ramainya lalu lintas.
- Apron adalah tempat parkir pesawat yang dekat dengan bangunan terminal, sedangkan taxiway menghubungkan apron dan run-way. Konstruksi apron umumnya beton bertulang, karena memikul beban besar yang statis dari pesawat
- Untuk keamanan dan pengaturan, terdapat Air Traffic Controller, berupa menara khusus pemantau yang dilengkapi radio control dan radar.
- Karena dalam bandar udara sering terjadi kecelakaan, maka diseduiakan unit penanggulangan kecelakaan (air rescue service) berupa peleton penolong dan pemadan kebakaran, mobil pemadam kebakaran, tabung pemadam kebakaran, ambulance, dll. peralatan penolong dan pemadam kebakaran
- Juga ada fuel service untuk mengisi bahan bakar avtur.
Sisi Darat (Land Side)
- Terminal bandar udara atau concourse adalah pusat urusan penumpang yang datang atau pergi. Di dalamnya terdapat pemindai bagasi sinar X, counter check-in, (CIQ, Custom - Inmigration - Quarantine) untuk bandar udara internasional, dan ruang tunggu (boarding lounge) serta berbagai fasilitas untuk kenyamanan penumpang. Di bandar udara besar, penumpang masuk ke pesawat melalui garbarata atau avio bridge. Di bandar udara kecil, penumpang naik ke pesawat melalui tangga (pax step) yang bisa dipindah-pindah.
- Curb, adalah tempat penumpang naik-turun dari kendaraan darat ke dalam bangunan terminal
- Parkir kendaraan, untuk parkir para penumpang dan pengantar/penjemput, termasuk taksi.
B. PERMASALAHAN
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam maklah ini adalah tentang salah satu komponen Lapangan Terbang yaitu Landas Pacu / Runway (R/W), sebagai berikut:
1. PENGERTIAN
2. PENAMAAN
3. TEKNIS
4. PEMELIHARAAN
5. KONFIGURASI DASAR LANDAS PACU
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
Adapun yang menjadi tujuan dari pada penulisan maklah ini adalah :
1. Sebagai salah satu penilaian dalam mata kuliah Perencanaan Lapangan Terbang.
2. Menguatkan pemahaman tentang salah satu komponen lapangan terbang yaitu Landas Pacu / Runway
3. Untuk mengkaji secara meendalam mengenai landas pacu.
D. METODE PENULISAN
Untuk mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan dalam rangka penyusunan maklah ini penulis telah mengunakan metode penelitian kepustakaan (library research), yaitu dengan mempelajari sumber-sumber tertulis, seperti buku-buku yang membahas masalah mengenai lapangan terbang, artikel-artikel, dan berbagai sumber lainnya.Untuk pengolahan bahan-bahan tersebut telah digunakan metode-metode:
1. Metode deduktif, yaitu metode yang bertitik tolak dari hal-hal yang bersifat umum kemudian dari hal-hal yang bersifat umum ini ditarik kesimpulan yang khusus.
2. Metode induktif, yaitu metode yang bertitik tolak dari hal-hal yang bersifat khusus kemudian dari hal-hal yang bersifat khusus ini ditarik kesimpulan yang umum.
E. SISTEMATIKA PENULISA
Makalah ini dibagi dalam tiga bab yang saling keterkaitan erat satu sama lain karena bab yang lebih dahulu merupakan dasar untuk pembahsan dalam bab selanjutnya. Yang dibahas dalam masing-masing bab itu, secara garis besarnya adalah:
Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini dijelaskan beberapa hal yang bersifat teknis untuk suatu penulisan ilmiah yaitu:
A. Latar belakang penulisan;
B. Permasalahan;
C. Tujuan dan manfaat penulisan;
D. Metode penulisan;
E. Sistematika penulisan;
Bab II Pembahasan
Bab pembahasan ini membahas tentang permasalahan yang ada.
BAB III Penutup
Terdiri atas:
A. Kesimpulan
B. Saran.
Pada akhir penulisan makalah ini, penulis menyertakan daftar pustaka yang menjadi acuan pada penulisan ini.
BAB III
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
B. PENAMAAN
Nama landas pacu diambil dari arahnya dengan pembulatan ke puluhan terdekat, contoh: 36 untuk landas pacu yang mengarah ke 360 derajat (utara). Karena sebuah landas pacu bisa dipakai dua arah, penamaan pun ada dua dengan selisih 18. Contoh: landas pacu 09/27.
Apabila bandara memiliki beberapa landas pacu dengan arah sama, akan diidentifikasi dengan penambahan huruf L, C, dan R untuk Left, Center, dan Right (kiri, tengah, kanan) yang ditambahkan di akhir. Contoh: landas pacu 02R/20L.
C. TEKNIS
Pada umumnya landasan pacu memiliki lapisan aspal "hotmix" dengan identifikasi angka derajat dan arah yang dituliskan dengan huruf, serta garis garis yang mirip dengan "zebra cross" pada ujung ujungnya yang semakin berkurang jumlah garisnya bila menuju ke tengah landasan yang menunjukkan saat saat pesawat harus touch down(roda roda menyentuh landasan saat mendarat) serta take off (melandas). Pada landasan-landasan tertentu, ujung ujung landasan yang digunakan untuk touch down atau take offdigunakan lapisan beton, bukan aspal, untuk menghindari melelehnya aspal pada saat pesawat take off dengan kekuatan mesin penuh, khususnya pesawat tempur yang menggunakan mekanisme afterburner sehingga menimbulkan semburan api pada nozzle(saluran buang) mesin pesawat. Aspal yang digunakan yang terbaik adalah aspal alam, dan yang terbaik digunakan adalah aspal yang dihasilkan dari negara Trinidad danTobago, jadi tidak menggunakan aspal hasil olahan minyak bumi, yang mudah mencair/melunak akibat panas matahari, tekanan dan panas yang ditimbulkan dari semburan gas buang mesin pesawat. Pada bagian bawah lapisan aspal digunakan lapisan batu kali, bukan batu koral seperti halnya penggunaan pengaspalan jalan raya. Landasan pacu dibuat dengan perhitungan teknis tertentu sehingga permukaannya tetap kering, sekalipun pada musim hujan, dan mencegah tergenangnya landasan yang mengakibatkan pesawat mengalami aquaplanning, terutama saat mendarat yang sangat membahayakan.
Pada tepi kanan dan kiri serta ujung ujung landas pacu diberi lampu-lampu dan tiang-tiang navigasi yang digunakan untuk membantu navigasi terlebih lebih pada cuaca buruk dan penerbangan malam hari.
Landas pacu sebuah lapangan terbang perintis di Papua
Landas pacu bandara perintis memiliki konstruksi yang lebih sederhana dibandingkan bandara bandara komersial terlebih lebih di kawasan terpencil. Landasan pacu ini dikenal sebagai airstrip. Terkadang hanyalah lajur tanah yang diperkeras yang diberi lapisan rumput, dan untuk mencegah amblasnya tanah digunakan lonjoran lonjoran baja atau alas marston (lapisan plat baja yang berlubang lubang). Di Indonesia, landasan seperti ini digunakan di daerah pedalaman Irian Jaya atau Papua. Konstruksi landas pacu seperti ini digunakan pada masa Perang Dunia II untuk kepentingan militer karena pembuatannya lebih praktis.
Panjang landasan pacu bergantung pada suhu, kecepatan dan arah angin, serta tekanan udara di sekitarnya. Di daerah gurun dan di dataran tinggi, umumnya landas pacu yang digunakan lebih panjang daripada yang umum digunakan di bandara-bandara bahkanbandara internasional, karena tekanan udara yang lebih rendah. Sebagai contoh, landas pacu di kota Doha, Qatar memiliki ukuran panjang sampai lebih dari 5.000 meter.
Landasan tertentu dilengkapi dengan kabel penahan pesawat untuk pendaratan (arrester cable) bahkan pelontar pesawat (catapult), terutama untuk landasan pendek dan landasan pada kapal induk.
D. PEMELIHARAAN
Landas pacu pada setiap bandara umumnya dibersihkan dari debu atau kerikil, bahkan benda benda asing lainnya yang akan membahayakan keselamatan penerbangan (dalam dunia penerbangan, benda asing tersebut dikenal sebagai FOD). Kecelakaan pesawat terbang di landasan pacu umumnya disebabkan karena adanya benda benda asing baik yang masuk ke dalam mesin pesawat maupun merusak badan pesawat atau roda pesawat saat pesawat lepas landas atau mendarat. Hal tersebut seperti yang dialami pesawat Concorde di Bandara Charles de Gaulle, Paris, Perancis pada tahun2000 yang menyebabkan pesawat terbakar dan jatuh yang menewaskan seluruh penumpang, krew dan penduduk setempat. Selebihnya karena cuaca dan bahkan gangguan burung sehingga umumnya di setiap bandara komersial bahkan perintis dilengkapi menara pengawas yang mengawasi lalu lintas penerbangan, komunikasi bahkan informasi cuaca. Pada bandara tertentu, dilengkapi sensor dan pengusir burung dan sensor cuaca serta sensor untuk mengukur tingkat kebisingan yang ditimbulkan dari mesin pesawat.
Selain itu pula, setiap landasan dilengkapi dengan kendaraan penyapu landasan dan peralatan bahan kimia pembersih landasan khususnya untuk membersihkan sisa sisa jejak karet yang ditimbulkan oleh roda-roda pesawat yang bila tidak dibersihkan juga dapat mengganggu keselamatan penerbangan.
E. KONFIGURASI DASAR LANDAS PACU
Banyak Macam konfigurasi landas pacu, sebagian konfigurasi adalah kombinasi dari konfigurasi dasar. Konfigurasi dasar adalah:
a) Landasan Pacu Tunggal
b) Landasan Pacu Pararel
c) Landasan Pacu Jalur Ganda
d) Landasan Pacu Silang
e) Landasan Pacu V Terbuka
Ø Landas Pacu Tunggal (Single Runway)
Konfigurasi landas pacu ini merupakan jenis paling sederhana, sebagian besar lapangan terbang di Indonesia adalah landasan tunggal. Kapasitas landasan pacu tunggal dalam kondisi Visual Flight Rule (VFR) antara 45-100 gerakan tiap jam, sedangkan dalam kondisi IFR (Instrument Flight Rule) kapasitasnya berkurang menjadi 40-50 gerakan tergantung kepada komposisi pesawat campuran dan tersedianya alat bantu Navigasi.
Ø Landas Pacu Parallel (Parallel Runways)
Konfigurasi landas pacu ini memungkinkan peningkatan kapasitas; semakin banyak jumlah landas pacu semakin besar kapasitas bandar udara yang bersangkutan. Kapasitas landasn sejajar terutama tergantung kepada jumlah landasan dan pemisahan/penjarakan antara dua landasan. Penjarakan landasan dibagi menjadi tiga:
1. Berdekatan (close) mempunyai jarak sumbu ke sumbu 213 m (untuk lapangan terbang pesawat transport), minimum 1067 dalam kondisi IFR.
2. Landasan sejajar menengah (intermediate) dipisahkan dngan jarak 107 m – 1524 m.
3. Landasan sejajar jauh (Far) dipisahkan dengan jarak 1310m atau lebih.
Ø Landas Pacu Jalur Garda (Dual Lane Runway)
Konfigurasi landas pacu ini merupakan dua landas pacu parallel yang saling berdekatan dengan landas hubung keluar masing-masing. satu landas pacu untuk kedatangan yaitu yang terjauh dari bangunan terminal dan yang terdekat dengan bangunan terminal untuk pemberangkatan.
Ø Landas Pacu Silang (Intersecting Runways)
Konfigurasi landas pacu ini terdiri dari dua atau lebih landas pacu yang berbeda arah satu dari yang lainnya. Hal ini didasarkan atas kebutuhan untuk mengatasi arah angin yang bertiup lebih dari satu arah dan berdampak pada angin samping (cross winds) yang kuat jika menghandalkan satu.
Ø Landas Pacu V-Terbuka (Open-V Runways)
Konfigurasi landas pacu memberi manfaat hampir sama dengan jenis intersecting runways (jika angin bertiup kuat dari satu arah) hanya saja jika tiupan angin tidak terlalu kuat, kedua landas pacu dapat digunakan bersama-sama.
Untuk gambar konfigurasi landas pacu dapat dilihat di biku Perencanaan Lapangan terbang Ir.Heru Basuki hal. 149.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Landas pacu adalah sepetak lahan yang digunakan oleh pesawat terbang untuklepas landas atau pendaratan yang dapat berupa aspal atau rumput. Dalam bahasa Inggris disebut runway.
Nama landas pacu diambil dari arahnya dengan pembulatan ke puluhan terdekat, contoh: 36 untuk landas pacu yang mengarah ke 360 derajat (utara). Karena sebuah landas pacu bisa dipakai dua arah, penamaan pun ada dua dengan selisih 18. Contoh: landas pacu 09/27.
Landas pacu pada setiap bandara umumnya dibersihkan dari debu atau kerikil, bahkan benda benda asing lainnya yang akan membahayakan keselamatan penerbangan (dalam dunia penerbangan, benda asing tersebut dikenal sebagai FOD).
Banyak Macam konfigurasi landas pacu, sebagian konfigurasi adalah kombinasi dari konfigurasi dasar. Konfigurasi dasar adalah:
f) Landasan Pacu Tunggal
g) Landasan Pacu Pararel
h) Landasan Pacu Jalur Ganda
i) Landasan Pacu Silang
j) Landasan Pacu V Terbuka
B. SARAN
Adapun saran saya adalah agar Makalah ini dapat diterima dan dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Basuki Heru. 1986. Meranacang, Merencana Lapanagn Terbang.Bandung: PT. Alumn
Tidak ada komentar:
Posting Komentar